KEBERHASILAN MENULIS DENGAN METODE MENYAMBUNG CERITA
Menulis
merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan, karena menulis dapat
membuat ide dan gagasan yang berupa kata dapat terlihat pada deretan kalimat di
atas kertas. Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus
dipelajari secara baik dan terstruktur
(tersusun secara baik) sehingga keterampilan menulis menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kemampuan berbahasa lainnya. Seorang anak yang mampu menulis
dengan baik khususnya membuat karangan dapat dipastikan mampu membaca dan menulis/mengarang
dengan baik pula, kerena menulis melibatkan
pengorganisasian ide hasil bacaan dan simakan dalam suatu susunan kata dan
kalimat dengan keterampilan menggunakan diksi (pilihan kata)
Atas dasar asumsi di atas, sungguh tepat bila upaya untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa Indonesia harus dijembatani dengan menggalakkan kegiatan
menulis atau mengarang. Hal ini disebabkan oleh kemampuan
mengarang membutuhkan penguasaan materi-materi pendukung sebagai modal dasar,
seperti penguasaan kosakata, diksi,
penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, pemahaman secara aplikatif tentang
ejaan dan tanda baca, logika, serta struktur berpikir yang runtut. Kemampuan
mengarang juga membutuhkan kemampuan imajinasi yang diolah dengan kekuatan
intelektual. Kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan menulis/mengarang untuk
setiap orang berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh kemampuan mengolah imajinasi
menjadi serat-serat tulisan.
Salah
satu bentuk mengarang di sekolah adalah karangan narasi, karangan narasi
merupakan karangan yang berupa rangkaian peristiwa yang terjadi selama
satu kesatuan waktu. Karangan yang tergolong ke dalam jenis narasi adalah
cerpen, novel, roman,
dan semua karya prosa imajinatif lainnya.
Membuat
karangan narasi memerlukan daya hayal (imajinasi) tinggi, meskipun karangan
narasi dapat dihasilkan dari kisah hidup, atau pengalaman siswa tetapi tetap
saja siswa pada tahap ini mengalami kesulitan untuk memulai mengarang, ide dan
tema sudah disiapkan tetapi siswa masih kesulitan membuat sebuah rentetan cerita
yang utuh.
Hal ini sudah dibuktikan dengan berbagai rangkaian
pengamatan atau observasi dari
kelas-kelas, tahun-tahun sebelumnya, atau pada komunitas-komunitas penulis yang
dibentuk penulis bersama dengan Badaruddin Amir (sastrawan dan penulis Nasional
tinggal di Kab. Barru). Hasil diskusi-diskusi penulis dengan beberapa guru dan
penulis (misalnya dengan penulis produktif S. Gege Mappangewa dan penerbit
Litera Makassar-Makmur Alto), memang mengindikasikan adanya kekurangan berupa
motivasi menulis, kemampuan imajinasi produktif dalam proses kreatif menulis
siswa. Hasil-hasil pengamatan dan diskusi ini telah membuat penulis mengalami
keresahan dan keinginan kuat untuk mencari dan menemukan cara atau metode yang
tepat untuk membentuk kemampuan menulis siswa.
Akhirnya, penulis merasakan menemukan
metode
yang tepat untuk “memecah kebuntuan” tersebut, salah satu metode
yang
tepat menurut penulis adalah metode
menyambung cerita. Metode ini merupakan metode
stimulasi
awal, memberikan rancangan cerita
pada siswa, dan siswa diharapkan menyelesaikan cerita tersebut dengan imajinasi
siswa sendiri, baik klimaks, maupun ending
atau akhir cerita. Metode ini hanya berfungsi sebagai stimulasi awal, inti
sebenarnya adalah penyerapan dan pembiasaan siswa melakukan imajinasi
produktif, sehingga bila siswa sudah terbiasa dalam memproduksi imajinasi, maka
kebiasaan menulis atau mengarang siswa dapat berkembang dengan pesat.
Metode
menyambung cerita merupakan metode stimulasi, memberikan siswa ”pancingan/rangsangan” bukan
pada tema dan ide, tetapi garis awal dari suatu cerita untuk disambung atau
diteruskan menjadi cerita yang utuh, alur, latar, tokoh, dan akhir cerita akan
dikembangkan oleh siswa. Metode ini dapat membuat siswa berpikir mengembangkan
imajinasi membuat tokoh baru, membelokkan alur, membuat latar, dan memberikan ending cerita yang sedih atau gembira. caranya adalah dengan memberikan paragraf awal cerita
yang kemudian diteruskan oleh siswa, paragraf ini boleh di awal ataupun di
akhir (ending) cerita. Metode ini “memaksa” siswa kreatif dan mengeluarkan daya
imajinasi produktifnya.
Dengan
Metode ini kreativitas siswa dapat dikembangkan tanpa harus menciplak bentuk
cerita lain, hal lain yang diharapkan adalah siswa dapat membangkitkan
keinginannya untuk mengembangkan imajinasinya dalam membuat karangan lainnya. Metode menyambung cerita dapat memberikan jejak awal
pada pada penulis/pengarang untuk mempersiapkan diri mengikuti alur itu atau
membelokkan alur tersebut sesuai dengan imajinasinya.
Pada
kaidah ini, maka bentuk imajinasi seseorang dapat dibangkitkan atau diberikan
stimulasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan Metode menyambung cerita.
Metode ini memberikan kemungkinan yang bentuk imajinasi yang belum terpikirkan
oleh seorang penulis/pengarang. Metode menyambung cerita dapat memberikan jejak
awal pada pada penulis/pengarang untuk mempersiapkan diri mengikuti alur itu
atau membelokkan alur tersebut sesuai dengan imajinasinya, sehingga sesuatu
dapat menjadi kejutan yanng bahkan tidak pernah dipikirkan oleh orang yang
menulis jejak awal cerita tersebut.
Demikianlah menulis cerita dengan menggunakan metode
menyambung cerita ternyata telah memberikan dampak positif pada siswa setelah
latihan secara berkala. Bukti keberhasilan metode ini dapat dilihat pada
beberapa antologi cerpen karya siswa atau beberapa buku yang berhasil di tulis
siswa secara mandiri di SMAN 6 Barru. karena itu penulis dapat merekomendasikan
metode ini khususnya pada pembelajaran yang terkait dengan menulis. Pengembangan
metode menyambung cerita pada jenis karangan lainnya seperti karangan
deskripsi, argumentasi, eksposisi, dan persuasi telah dilakukan. Metodenya
tetap menerapkan stimulasi awal pada setiap jenis karangan, agar siswa dapat
menata pikiran dan menyesuaikannya dengan konteks yang ada pada setiap jenis
karangan.
0 Response to "KEBERHASILAN MENULIS DENGAN METODE MENYAMBUNG CERITA"
Posting Komentar