SEKILAS BLOG LITERASI PENTIGRAF SMAN 6 BARRU
Akhir-akhir ini pentigraf seperti
“malang-melintang di dunia kepenulisan” beberapa organisasi literasi tak
jemunya membahas masalah pentigraf ini. Karena itu mengobati rasa penasaran
akhirnya saya berinisiatif “melacak” berbagai media baik di medsos, atau di chanel
youtube yang membahas pentigraf ini.
Akhirnya saya temukan seorang bernama
Tengsoe Tjahjono seorang dosen dari Malang dan pengajar di Korea Selatan yang
ternyata juga bukan orang baru dalam dunia sastra Indonesia meng-klaim bahwa
beliaulah yang pertama menemukan istilah pentigraf atau cerpen tiga paragraf
ini. Meskipun beliau menjelaskan bahwa masalah pendeknya sebagai short story
bukan hal baru tapi pentigraf merupakan pernyataan asli dan kemudian dibangun
dengan beberapa dasar teori dan aplikasi langsung.
Saya mengutip langsung dari blog
beliau http://ibeoktaviano.blogspot.com/2016/10/belantara-tema-di-ruang-sempit.html
tentang mengapa tiga paragraf? Pemilihan 3 paragraf ini memiliki beberapa
alasan. Pertama, alasan kepastian panjang teks. Panjang teks hanya 3
paragraf memungkinkan penulis lebih leluasa menuangkan gagasannya, tidak
dibatasi oleh jumlah kata atau jumlah huruf. Leluasa dalam mengatur laju alur
dan penataan konflik dalam cerita. Kedua, kepadatan teks pentigraf ini
seperti kepadatan dalam teks puisi. Penulis didorong untuk menulis secara
padat, bercerita pada ruang sempit. Ada keleluasaan menata cerita, namun
semuanya dilakukan pada ruang teks yang terbatas. Akibatnya, penulis harus
memilih diksi yang tepat, memadukan seluruh anasir fiksi menjadi satu dan utuh,
mengurangi jumlah dialog lalu mengubahnya ke narasi, serta menciptakan
kejutan-kejutan pada paragraf ketiga. Hal tersebut menjadi tantangan bagi
penulis, namun sekaligus daya tarik.
Setelah mencoba menilik lebih
jauh serta mengaitkannya dengan proses pembelajaran narasi di sekolah, maka ada
beberapa kaitan yang terhubung langsung dengan pentigraf ini di kelas. Pertama,
banyak siswa kesulitan menyusun paragraf-paragraf panjang dalam satu cerpen
yang boleh jadi melelahkan mereka. Hal ini karena tidak semua siswa memiliki
kemampuan yang sama dalam menyusun kalimat-kalimat luas. Kedua, tampaknya kecenderungan
dunia yang cepat membuat siswa terpengaruh pada model-model kata-kata singkat,
kalimat-kalimat singkat, atau paragraf-paragarf sederhana (misalnya dalam media
sosial, ruang chat, status fb), ketiga, mobilisasi dan kecepatan pergerakan
orang-orang dalam ternyata membutuhkan model literasi kilat, membaca cepat,
sepintas lalu, dan sudah mulai jarang orang-orang duduk lama kemudian membaca
novel berat, cerpen berlembar-lembar, bahkan pengumuman lebih dari dua lembar,
maka yang akan di cari adalah akhir dari pengumuman tersebut. ini sebuah
realita yang tidak bisa dikesampingkan.
Oleh karena itu, dalam penguatan
literasi baca-tulis harus diupayakan satu model baca-menulis yang mudah dapat
diterima oleh semua orang pun-yang tidak memiliki bakat menulis sekalipun. Kebutuhan
literasi sekolah sebelum pandemi masih memungkinkan guru memiliki cukup ruang
gerak untuk menggerakkan literasi siswa. Saya telah membuktikannya dalam proyek
literasi yang saya sebut PRESENSI LITERASI, kebaruan, keserhanaannya sedikit
banyak telah membantu siswa menemukan gairah literasi mereka, hal ini saya
sudah tulis di beberapa media juga di channel youtube https://www.youtube.com/watch?v=l--DxZV2KHM&t=78s
Lantas bagaimana saya menjalankan
presensi literasi ini di masa pendemi, tentu saja tidak mungkin seperti saat
sekolah tatap muka, dan bagaimana dengan kemampuan literasi siswa dalam menulis,
apakah saya harus menyerah juga. Tentu saja jawabannya tidak. Beberapa cara dan
diskusi sesama pegiat literasi telah dilakukan, dan pilihan saya jatuh pada
membuat inovasi sederhana yaitu BLOG LITERASI PENTIGRAF.
Menulis di blog, semua orang bisa, banyak guru dan siswa memiliki blog sendiri. Akan tetapi, blog yang terintegrasi dan di dalamnya ditanamkan Pentigraf sebagai sebuah cara menanggulangi krisis literasi siswa saya kira adalah hal baru. Aturannya sederhana, tidak ada tema, yang penting pentigraf atau tiga paragraf, tidak ada paksaan hanya anjuran dan motivasi di setiap meeting agar siswa menulis di blog pentigraf kelas yang pasti akan menjadi monumen diri kita di masa yang akan datang.
Semoga model ini dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman guru lainnya, dan ingat literasi itu bukan hanya milik kami guru bahasa Indonesia, tetapi literasi siswa sebagai bagaian dari literasi sekolah adalah miliki kita bersama seluruh stakeholder bangsa ini. Semoga pandemi covid 19 cepat berlalu, walaupun kehadiran pandemi ini juga telah banyak mengajarkan kita untuk tidak menyerah melihat kemajuan pendidikan di masa yang akan datang.
Blog Pentigraf kelas
https://literasipentigrafsmanam.blogspot.com/
https://pentigrafxilajulo.blogspot.com/
https://literasipentigrafnigos.blogspot.com/
0 Response to "SEKILAS BLOG LITERASI PENTIGRAF SMAN 6 BARRU"
Posting Komentar