SEKILAS BLOG LITERASI PENTIGRAF SMAN 6 BARRU - JAMAL PASSALOWONGI -->

SEKILAS BLOG LITERASI PENTIGRAF SMAN 6 BARRU


Ket. gambar: https://www.kompasiana.com/image/dwi_klarasari/5bd18badab12ae644f65ca66/asyiknya-menulis-dan-membaca-pentigraf

Akhir-akhir ini pentigraf seperti “malang-melintang di dunia kepenulisan” beberapa organisasi literasi tak jemunya membahas masalah pentigraf ini. Karena itu mengobati rasa penasaran akhirnya saya berinisiatif “melacak” berbagai media baik di medsos, atau di chanel youtube yang membahas pentigraf ini.

Akhirnya saya temukan seorang bernama Tengsoe Tjahjono seorang dosen dari Malang dan pengajar di Korea Selatan yang ternyata juga bukan orang baru dalam dunia sastra Indonesia meng-klaim bahwa beliaulah yang pertama menemukan istilah pentigraf atau cerpen tiga paragraf ini. Meskipun beliau menjelaskan bahwa masalah pendeknya sebagai short story bukan hal baru tapi pentigraf merupakan pernyataan asli dan kemudian dibangun dengan beberapa dasar teori dan aplikasi langsung.

Saya mengutip langsung dari blog beliau http://ibeoktaviano.blogspot.com/2016/10/belantara-tema-di-ruang-sempit.html tentang mengapa tiga paragraf? Pemilihan 3 paragraf ini memiliki beberapa alasan. Pertama, alasan kepastian panjang teks. Panjang teks hanya 3 paragraf memungkinkan penulis lebih leluasa menuangkan gagasannya, tidak dibatasi oleh jumlah kata atau jumlah huruf. Leluasa dalam mengatur laju alur dan penataan konflik dalam cerita. Kedua, kepadatan teks pentigraf ini seperti kepadatan dalam teks puisi. Penulis didorong untuk menulis secara padat, bercerita pada ruang sempit. Ada keleluasaan menata cerita, namun semuanya dilakukan pada ruang teks yang terbatas. Akibatnya, penulis harus memilih diksi yang tepat, memadukan seluruh anasir fiksi menjadi satu dan utuh, mengurangi jumlah dialog lalu mengubahnya ke narasi, serta menciptakan kejutan-kejutan pada paragraf ketiga. Hal tersebut menjadi tantangan bagi penulis, namun sekaligus daya tarik.

Setelah mencoba menilik lebih jauh serta mengaitkannya dengan proses pembelajaran narasi di sekolah, maka ada beberapa kaitan yang terhubung langsung dengan pentigraf ini di kelas. Pertama, banyak siswa kesulitan menyusun paragraf-paragraf panjang dalam satu cerpen yang boleh jadi melelahkan mereka. Hal ini karena tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menyusun kalimat-kalimat luas. Kedua, tampaknya kecenderungan dunia yang cepat membuat siswa terpengaruh pada model-model kata-kata singkat, kalimat-kalimat singkat, atau paragraf-paragarf sederhana (misalnya dalam media sosial, ruang chat, status fb), ketiga, mobilisasi dan kecepatan pergerakan orang-orang dalam ternyata membutuhkan model literasi kilat, membaca cepat, sepintas lalu, dan sudah mulai jarang orang-orang duduk lama kemudian membaca novel berat, cerpen berlembar-lembar, bahkan pengumuman lebih dari dua lembar, maka yang akan di cari adalah akhir dari pengumuman tersebut. ini sebuah realita yang tidak bisa dikesampingkan.

Oleh karena itu, dalam penguatan literasi baca-tulis harus diupayakan satu model baca-menulis yang mudah dapat diterima oleh semua orang pun-yang tidak memiliki bakat menulis sekalipun. Kebutuhan literasi sekolah sebelum pandemi masih memungkinkan guru memiliki cukup ruang gerak untuk menggerakkan literasi siswa. Saya telah membuktikannya dalam proyek literasi yang saya sebut PRESENSI LITERASI, kebaruan, keserhanaannya sedikit banyak telah membantu siswa menemukan gairah literasi mereka, hal ini saya sudah tulis di beberapa media juga di channel youtube https://www.youtube.com/watch?v=l--DxZV2KHM&t=78s

Lantas bagaimana saya menjalankan presensi literasi ini di masa pendemi, tentu saja tidak mungkin seperti saat sekolah tatap muka, dan bagaimana dengan kemampuan literasi siswa dalam menulis, apakah saya harus menyerah juga. Tentu saja jawabannya tidak. Beberapa cara dan diskusi sesama pegiat literasi telah dilakukan, dan pilihan saya jatuh pada membuat inovasi sederhana yaitu BLOG LITERASI PENTIGRAF.

Menulis di blog, semua orang bisa, banyak guru dan siswa memiliki blog sendiri. Akan tetapi, blog yang terintegrasi dan di dalamnya ditanamkan Pentigraf sebagai sebuah cara menanggulangi krisis literasi siswa saya kira adalah hal baru. Aturannya sederhana, tidak ada tema, yang penting pentigraf atau tiga paragraf, tidak ada paksaan hanya anjuran dan motivasi di setiap meeting agar siswa menulis di blog pentigraf kelas yang pasti akan menjadi monumen diri kita di masa yang akan datang.

Semoga model ini dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman guru lainnya, dan ingat literasi itu bukan hanya milik kami guru bahasa Indonesia, tetapi literasi siswa sebagai bagaian dari literasi sekolah adalah miliki kita bersama seluruh stakeholder bangsa ini. Semoga pandemi covid 19 cepat berlalu, walaupun kehadiran pandemi ini juga telah banyak mengajarkan kita untuk tidak menyerah melihat kemajuan pendidikan di masa yang akan datang.

Blog Pentigraf kelas

https://literasipentigrafsmanam.blogspot.com/

https://pentigrafxilajulo.blogspot.com/

https://literasipentigrafnigos.blogspot.com/


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "SEKILAS BLOG LITERASI PENTIGRAF SMAN 6 BARRU"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel