Praktik Baik Literasi Stickynote di TPN 9 tahun 2022
literasi
Sticky note
Sebagai
guru bahasa Indonesia di SMA saya termasuk memiliki tanggung jawab penguatan
literasi di sekolah, walaupun tentu saja penguatan literasi di sekolah bukan
tugas guru bahasa Indonesia semata tapi menjadi tanggung jawab stakeholder
sekolah. Salah satu yang menjadi konsetrasi saya dalam pengembangan literasi di
sekolah adalah bagaimana membuat murid "bergairah" atau menumbuhkan
cinta mereka terhadap dunia membaca dan menulis.
saya
merasakan adanya satu kesulitan yang sifatnya umum dalam kelas-kelas yang saya
ajar, yaitu murid merasa kesulitan untuk mengembangkan ide mereka dan
menuangkannya dalam tulisan. Setelah saya amati tampaknya asal-usul kesulitan
itu juga berasal dari guru atau pengajar dalam mengajarkan bagaimana cara-atau
teknik-teknik menulis.
Terkadang
kita mengajar murid menulis dengan memberikan beban untuk menyelesaikan tulisan
sesuai keinginan guru. Guru tidak melihat dan mengamati bahwa dalam kelas itu
ada saja murid yang tidak bisa menulis, bahkan kesulitan untuk menemukan ide
tulisan, semantara mereka terbebani dengan jenis teks yang harus diselesaikan
dalam waktu tertentu.
Saya
merasa perlu mengatasi hal ini dengan satu upaya dengan target atau tujuan
utama mencoba mendekatkan murid dengan dunia menulis, tanpa target kurikulum
untuk menulis teks. Intinya jika murid sudah mulai senang dan terbiasa menulis
maka menulis teks akan dapat dilakukan dengan mudah.
Kegiatan
yang saya lakukan ini saya sebut dengan literasi stickynote, mengapa literasi
stickynote. Karena kegiatan menulis itu dilakukan bukan di atas kertas biasa
tapi ditulis di kertas stickynote yang biasanya digunakan untuk menulis pesan
dan ditempelkan di dinding dengan media apa saja. Stickynote memiliki kelebihan
karena bentuknya berwarna warni serta "memanjakan mata" yang
meilihatnya maka stickynote dapat menarik perhatian sekaligus menjadi media
yang menyenangkan untuk menulis.
Selanjutnya
literasi stickynote dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: Guru mempersilakan
murid menulis apa saja yang ingin ditulisnya seperti status, puisi, pameo,
bahkan bila tidak bisa menulisnya dengan kata-kata maka guru dapat meminta
murid untuk menggambar emoji atau gambar lainnya yang dapat mewakili maknanya.
Kemudian
murid menempelkan stickynote tadi di depan kelas pada kertas plano yang telah
disiapkan. Kegiatan ini dilaksanakan setiap pelajaran bahasa Indonesia dan
tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan guru lain bila berkenan. Mengapa
hanya pada pelajaran bahasa Indonesia, karena stickynote yang digunakan terbatas
juga ruang atau space yang disiapkan di kelas juga terbatas.
Saya
merasa adanya implikasi positif, dari literasi stickynote ini. Pertama; murid
mulai senang menulis karena menulis tanpa beban ini mebuat mereka dapat menulis
apa saja, bahkan menulis status diri baik itu di jiplak secara langsung dari
internet ataupun di buat sendiri. saya tidak pernah memberikan batasan terhadap
tuisan kecuali tulisan itu tidak melanggar norma moral dan agama serta tidak
mengandung unsur SARA. Kedua; saya melihat kegiatan ini menjadi perbicangan
ramai di sekolah karena setiap kelas memiliki literasi stickynote dan tentu
saja dapat dibayangkan keseruannya ketika mereka memasuki kelas-kelas lain
untuk membaca status, pameo, puisi, emoji, dll sambil tertawa dan bergembira. ketiga:
mereka sadari atau tidak saya secara nyata melihat adanya upaya membaca di
sini. karena untuk menghasilkan tulisan, baik berupa status, puisi, pameo, dll
tentu saja mereka akan membuka google untuk googling, dan itu menjadi
pembiasaan membaca yang baik.
saya
memetik pelajaran yang sangat berharga dari kegiatan literasi stickynote ini
seperti kegiatan apa saja yang akan dilakukan harus melibatkan murid secara
aktif dan bertanggungjawab, masukan atau umpan bailk dari murid selalu menjadi
perhatian saya terkait pembuatan literasi stickynote ini. Hal lain adalah
literasi baca-tulis sebagai literasi dasar membutuhkan strategi yang tepat
adgar murid dapat mencitai kegiatan membaca dan menulis ini sekaligus
menjadikan kegiatan ini membudaya di sekolah.
Pelajaran
terakhir adalah penguatan literasi sekolah seperti melalui tebing terjal dan
mendaki, karena literasi sekolah membutuhkan tangan-tangan kreatif dari semua
stakeholder sekolah. Literasi stickynote ini hanyalah tiang-tiang kecil yang
didirikan untuk menyanggah rumah litrerasi yang besar itu, kita membutuhkan
penyanggah-penyanggah lain yang lebih kuat dan massif agar rumah literasi itu
dapat berdiri kokoh dan menjadi tempat bagi seluruh pelajar Indonesia. Panjang
umur perjuangan literasi Indonesia.
0 Response to "Praktik Baik Literasi Stickynote di TPN 9 tahun 2022"
Posting Komentar