Penyebaran Pemahaman Budaya Positif
KONSEP BUDAYA POSITIF
- Disiplin Positif adalah usaha seseorang untuk belajar mengontrol dan menguasai diri dalam memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang dihargai agar tercapai tujuan mulia yang diinginkan (nilai-nilai kebajikan universal).
- Disiplin positif memiliki motivasi internal, dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin positif berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal yang diyakini.
- Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menuntun anak-anak memiliki disiplin positif sehingga mereka dapat berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
- Teori kontrol adalah teori yang meninjau posisi seseorang dalam upaya penerapan disiplin.
- William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah; 1) Penghukum, 2) Pembuat Rasa Bersalah; 3) Teman; 4)Pemantau; 5) Manajer.
- Teori Motivasi adalah teori yang mendasari seseorang untuk berperilaku atau bertindak.
- Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, ada 3 alasan motivasi perilaku manusia yaitu;
- Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman,
- Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia.
- Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari
- permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal.
- Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain,
- Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal.
- Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya,
- Orang yang memiliki motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.
- Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai.
- Hukuman dan Penghargaan,
- Hukuman adalah tindakan yang kita berikan kepada murid saaat murid melanggar nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama yang menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan menyakiti baik secara psikis mau fisik.
- Penghargaan adalah tindakan yang kita berikan kepada murid saaat murid mematuhi nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama yang menimbulkan rasa senang atau dihargai saat murid melakukan hal tersebut.
- Hukuman atau penghargaan merupakan salah satu upaya mengontrol perilaku murid yang secara tidak langsung akan menghambat proses pembelajaran yang sesungguhnya dalam mewujudkan disiplin positif.
- Hal tersebut dikarenakan upaya pembentukan disiplin positif seharusnya muncul secara sadar dari diri murid (motivasi internal) dengan tuntunan yang kita berikan bukan karena pengaruh hukuman dan penghargaan (motivasi eksternal).
- Posisi Kontrol Guru
- Lima Posisi Kontrol: Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat, memerdekakan, dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer. Mari kita tinjau lebih dalam kelima posisi kontrol ini:
- Penghukum: Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orangorang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi.
- Pembuat Merasa Bersalah: pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri.
- Teman: Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid.
- Pemantau: Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau.
- Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada.
- Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Semua yang dilakukan manusia memiliki tujuan tertentu dan merupakan usaha terbaiknya untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
- Ada 5 kebutuhan dasar manusia yaitu; 1) Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival); 2) Kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging); 3) Kebebasan (freedom); 4) Kesenangan (fun); 5) Penguasaan (power). Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka.
- Keyakinan kelas adalah nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati kelas secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama.
- Segitiga Restitusi adalah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses restitusi, tahapan tersebut terdiri dari 3 langkah yang disebut segitiga restitusi, yaitu;
- Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Saat anak melakukan pelanggran kita harus menstabilkan identitas anak. Sebelum terjadi hal-hal lain yang bisa memperburuk keadaan, kita sebaiknya membantu anak untuk tenang dan kembali ke suasana hati dimana proses belajar dan penyelesaian masalah bisa dilakukan.
- Semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu. dalam restitusi guru harus memahami alasan siswa melanggar aturan, dan paham bahwa setiap orang pasti akan melakukan yang terbaik di waktu tertentu.
- Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.
- Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. (Gossen; 2004).
- Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Gossen; 1996).
- Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya. Restitusi menguntungkan korban, tetapi juga menguntungkan orang yang telah berbuat salah. Ini sesuai dengan prinsip dari teori kontrol William Glasser tentang solusi menang menang.
Hari/Tanggal : 14 Juli 2023
Waktu : pukul 16.00-17.30 WITA
Jumlah peserta : 22 Orang (guru SD, SMP, SMA)
Saksikan Videonya dengan klik tautan di bawah ini:
untuk materinya dapat kita klik tautan di bawah ini :
https://drive.google.com/file/d/1VoX_0xrDcH6_f6LZDxXbnh56wpAIarOI/view?usp=sharingVideo Demontrasi Kontekstual Penerapan Segitiga Restitusi:
0 Response to "Penyebaran Pemahaman Budaya Positif"
Posting Komentar