Guru Smart - Guru Profesional - JAMAL PASSALOWONGI -->

Guru Smart - Guru Profesional

 


Salah satu tulisan pada buku bersama Smart School Andalan Satu untuk Semua

Pendidikan adalah kunci, sepertinya itu adalah adagium yang tak terbantahkan. Adakah yang bisa hidup tanpa pendidikan? saya kira tidak ada, karena seluruh lingkungan kita wujud akibat pendidikan. Pendidikan meliputi usaha sadar dan terencana, sehingga semuanya harus terencana dengan baik agar menghasilkan output pendidikan yang diharapkan.

Seperti apa sebenarnya pendidikan yang diinginkan, diinginkan oleh seluruh manusia sebagai salah satu hak hidup. Apakah model pendidikan hari ini yang ditampilkan berdasarkan undang-undang adalah pendidikan yang diinginkan itu atau memang kita masih harus terus bergerak untuk mencari pendidikan terbaik dari yang terbaik.

Saat ini Pemerintah Indonesia memang telah mengupayakan banyak hal, saya mengatakan banyak hal karena sejak merdeka pemerintah telah mencoba mengulik mencari model pendidikan yang diharapkan oleh masyarakatnya. Perubahan kurikulum dari masa ke masa adalah bukti kuat bahwa pemerintah secara sadar telah berupaya melahirkan manusia terdidik versi Indonesia.

Seperti apa manusia terdidik versi Indonesia dapat kita lihat dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 disebutkan tentang tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung jawab.

Tentu saja untuk mewujudkan manusia terdidik itu maka dibutuhkanlah guru-guru yang profesional dan kompeten dalam mendidik-mengajar masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia terdidik. Ternyata untuk menyiapkan guru yang profesional tidaklah semudah membalik telapak tangan. Dulu saya pernah mendengar dari orang-orang tua bahwa bila ingin menjadi guru cukup bisa membaca dan menulis, penguatan-penguatan lainnya akan menyusul seiring lamanya guru tersebut mengajar, sehingga guru profesional waktu itu adalah guru yang lama mengajar dan sudah memiliki metode tersendiri.

Tentu kita tidak bisa membayangkan bagaimana terjemahan guru profesional saat itu jika membandingkan dengan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa kompetensi guru itu berada di empat bagian kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Hanya dengan memiliki keempat kepribadian ini, maka seorang guru dapat disebut profesional.

Fenomena yang lain tentang guru profesional pernah saya tulis dengan sedikit sarkastis. Saya menulis dengan membayangkan jika orang tua saya yang guru tiga zaman, Belanda, Jepang, dan Kemerdekaan bersama guru-guru lain di zamannya melihat fenomena murid berkelahi dengan guru, atau guru dilaporkan ke Polisi karena mencubit siswanya, atau pasti mereka juga akan terheran-heran saat mengetahui ada murid yang dilecehkan oleh gurunya.

Tentu saja kita akan memahami rasa heran mereka, karena di zamannya murid tidak akan berani lewat di depan gurunya secara langsung tanpa “tabe” atau permisi atau orang tua akan datang berterima kasih jika anaknya melaporkan cambukan pak guru dibadannya. Saat itu seorang guru tidak pernah menghafal empat kompetensi seorang guru untuk menjadi profesional tapi dengan sangat nyata terintegrasi dalam perilaku mereka sehari-hari meskipun sangat kontekstual.

Sangat kontekstual karena orang tua saat itu tidak mungkin marah kepada guru yang mendidik anak mereka meskipun dengan metode yang agak keras. Demikianlah lain dulu lain sekarang kata orang, memang mendidik itu harus menyesuaikan dengan zaman murid kita. Seperti kata Sahabat Nabi Ali Bin Abi Thalib, salah satu ungkapan beliau yang terkenal terkait dengan pendidikan anak adalah "Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu."

Dalam ungkapan ini, Imam Ali mengingatkan pentingnya memahami lingkungan sosial, budaya, dan teknologi pada zamannya untuk membentuk pendidikan anak-anak. Setiap zaman memiliki tantangan dan peluang unik, dan sebagai orang tua atau pendidik, penting untuk memahami konteks zaman saat ini dalam membimbing dan mendidik anak-anak.

Hal ini sejalan dengan penjelasan Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan kita bahwa seorang anak harus dididik sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Sesuai kodrat alam berarti seorang anak dididik berdasarkan kondisi dirinya sebagai anak, semisal seorang petani yang menanam padi jangan berharap tumbuh jagung, begitu pula padi yang ditanam di tanah yang subur serta tersemaikan dengan baik akan berbeda dengan padi yang ditanam di tempat kurang subur dan kurang penyemaian.

Bagaimana dengan kodrat zaman, maka seorang anak perlu dididik sesuai zaman atau kondisi terkini secara kontekstual. Saat ini kita memasuki pendidikan yang terintegrasi langsung dengan teknologi. Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan kini sudah semakin massif dan membutuhkan penyesuaian bagi siswa dan guru. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi pendidikan. Guru yang paham teknologi dan menggunakan teknologi dalam pembelajaran adalah guru smart.

Salah satu pengaruh teknologi pendidikan yang akan kita bahas adalah pembelajaran dengan Smart School oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan. Program ini merupakan program prioritas dari Gubernur Andi Sudirman Sulaiman, yang dijalankan secara live langsung dari studio. Smart School menjadi salah satu inovasi di bidang pendidikan yang sangat fenomenal karena memanfaatkan teknologi pendidikan seperti live studio dan smartboard, serta guru-guru terlatih.

Program Smart School telah melahirkan guru-guru yang smart, karena guru-guru ini dilatih untuk beradaptasi dengan teknologi. Pendekatan teknologi dalam pendidikan memang dibutuhkan sebagai satu strategi agar guru-guru siap mengajar menyesuaikan dengan kondisi teknologi yang ada. Pemanfaatan teknologi pendidikan secara massif mulai digunakan saat pandemi melanda dunia, saat itu pembelajaran tidak mungkin dilakukan secara luring karena kondisi yang tidak memungkinkan, akhirnya dipilihlah teknologi pendidikan yang dapat digunakan secara daring/online.

Di masa pandemi inilah kita belajar banyak bahwa bangsa kita tidak siap secara infrastruktur dan metodis menyambut pandemik, mentalitas guru dan siswa down karena tidak pernah terlatih untuk memanfaatkan teknologi pendidikan, akhirnya pendidikan pun berjalan “apa adanya”. Namun demikian, berkah pandemik pun datang membuka mata pemerintah, semua guru-guru dan siswa pun dilatih beradaptasi dengan teknologi pendidikan, dan akhirnya muncullah inovasi-inovasi yang memanfaatkan teknologi pendidikan ini secara aktual, salah satu contohnya adalah pembelajaran Smart School ini sekaligus saya bersyukur menjadi bagian dari program ini sebagai guru Smart School.

Masih teringat, saat program ini akan berjalan terjadi silang pendapat di sana-sini, ada yang sepakat ada yang tidak, begitu pula saat pendaftaran guru Smart School. Namun, ada satu prinsip yang memang sudah saya pegang sejak lama, bahwa setiap program pasti memiliki positif dan negatif, yang terpenting sebenarnya adalah cara pandang kita harus selalu melihat sisi positif sebagai suatu kekuatan untuk maju, ada slogan dari filosof Yunani Aristoteles yang saya senangi yaitu “pantarei” yang artinya mengalir dan terus bergerak. Prinsip inilah yang membuat saya terus bergerak dengan ikhtiar menjadi guru profesional. Demikianlah, ketika pendaftaran menjadi guru Smart School maka saya pun mendaftar tanpa pikir panjang.

Saat menjadi guru Smart School ini banyak hal yang dapat dipelajari sebagai ikhtiar menjadi guru profesional, misalnya penggunaan teknologi pendidikan, baik secara perangkat maupun secara teknis. Yang lebih penting dari semua itu adalah tanggung jawab mata pelajaran yang harus disampaikan se-smart mungkin agar siswa se-Sulawesi Selatan mendapat pembelajaran yang sama dan terukur sesuai kebutuhan mereka.

Memang untuk mengukur keberhasilan program ini tidak hanya dapat dilakukan satu atau dua tahun, tapi sebagaimana suatu program yang berorientasi pendidikan maka tujuan jangka panjangnya hanya dapat dilihat dalam kurun waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, pencapaian tahun 2022/2023 meskipun belum tercapai sepenuhnya tapi sudah menjadi prestasi awal yang baik. Pemanfaatan teknologi pendidikan seperti yang ada dalam program Smart School adalah wujud men-smart-kan gurunya dengan penyesuaian teknologi terkini. Dengan menjadi guru smart maka harapannya juga kita dapat menjadi guru yang profesional.

Menjadi guru profesional sejatinya menjadi impian setiap guru, meskipun untuk meraihnya belum tentu semudah membalikkan telapak tangan. Tapi dengan ikhtiar mimpi itu tentu saja bisa terwujudkan. Kesungguhan, keteladanan, dan motivasi tinggi merupakan jalan memperkuat ikhtiar menjadi guru profesional, dan secara nyata itu ditanamkan di program Smart School ini khususnya pada guru-guru Smart School itu sendiri. Bukankah datang mengajar tepat waktu di studio, mempersiapkan materi dengan telaten, seksama, memanfaatkan teknologi, dan inovatif adalah ciri guru profesional, dan ciri ini juga dapat dilihat dari guru-guru Smart School . Guru Smart-Guru Profesional.

Salam Smart School

Berkarater

Cerdaski

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Guru Smart - Guru Profesional"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel