KESALAHAN BERPIKIR
Sekapur Sirih Tentang Logika
Meskipun
disadari, definisi tidak pernah dapat
ditampilkan dengan sempurna. Pengertian
maupun maksud dari sesuatu yang dikandungnya, disamping setiap orang selalu
berbeda gaya dalam mendefinisikan suatu masalah, pada setiap penyelidikan
permulaan suatu ilmu sudah lazim dibuka dengan pembicaraan definisinya.
Kebijaksanaan ini ditepuh, mengingat bahwa dalam keanekaragaman itu terdapat
persamaan - persamaan prinsip yang dapat mengantarkan kepad garis besar
masalah. Karena itu definisi yang bertugas sebagai pembuka pintu tidak tidak
mengandung bahaya selama kita memandangnya sebagai tempat pengenalan semantara
yang dapat digeser kearah kesempurnaan lebih lanjut.
Logika
adalah bahasa latin berasal dari kata Logos
yang berarti perkataan atau sabda.Istilah lain yang digunakan sebagai
gantinya adalah Mantiq, kata Arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau
berucap.
Dalam
bahasa sehri – hari kita sering mendengar ungkapan serupa: alasannya tidak
logis, logis,yang di maksud dengan logis
adalah masuk akal dan tidak logis adalah sebaliknya. Dlam buku Logic and Language of education mantiq
disebutb sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikir
benar”, sedangkan dalam kamus munjid disebut sebagai “hukum yang memelihara
hati nurani dari kesalahan dalam berpikir” Prof.Thaib Tahrir A. Mui’in
membatasi dengan “Ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam
memperoleh suatu kebenaran”. Sedangkan Irving M Copi menyatakan: “Logika adalah
ilmu yang mempelajari metode dan hukum- hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dari penalaran yang salah”.
Kata
logika rupa-rupanya dipergunakan pertama kali oleh Zeno dari Citium, kaum
Sofis, Sokrates dan Plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya logika,
Logika lahir atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan kaum Stoa.
Kekeliruan Formal
1. Fallacy of Four Term (kekeliruan karena menggunakan
empat term)
Kekeliruan
berpikir karena menggunakan empat term dalam silogisme. Ini terjadi karena term
penengah diartikan ganda, sedangkan dalam patokan diharuskan hanya terdiri dari
tiga term.
Seperti :
Orang yang berbuat criminal harus dihukum
Dia adalah seorang criminal
Jadi, Dia harus dihukum
2. Fallacy of Undistributed Middle (kekeliruan
karena kedua term penengah tidak
mencakup)
Kekeliruan
berpikirkarena tidak satupun dari kedua term
penengah mencakup,
Seperti:
Orang yang banyak tidur cantik, Dia Cantik sekali
Karen itulah ia banyak tidur.
Orang yang banyak bermain tampan, Dia
tampan sekali
Karena itulah ia banyak bermain.
3. Fallacy of Illicit proses (Kekeliruan karena proses
tidak benar)
Kekeliruan
berpikir karena term premis tidak
mencakup (undistributed) tetapi dalam konklusi
mencakup,
Seperti :
Harimau adalah binatang, Gajah bukan Harimau,
Jadi ia bukan binatang.
Pria adalah manusia, Wanita bukan pria
Jadi, ia bukan manusia.
4. Fallacy of two Negative Premises
(Kekeliruan Karen menyimpulkan dari dua premis yang berbeda )
Apabila
terjadi hal seperti itu sebenarnya tidak bisa ditarik konklusi.
Seperti:
Tidak satupun pejabat yang baik mudah dicari,
Pejabat A tidak mudah dicari,
Jadi, Pejabat A adalah baik.
5. Fallacy of Affirming the
Consequent (Kekeliruan karena mengakui akibat)
Kekeliruan
berpikir dalam silogisme hipotetika Karena membenarkan akibat kemudian
membenarkan pula sebabnya,
Seperti:
Bila
Presiden A terpilih, Ekonomi akan lebih baik,
Sekarang
ekonomi lebih baik,
Jadi
Presiden A terpilih.
Bila
matahari terbenam, malam akan datang
Sekarang
matahari terbenam
Jadi, malam
akan datang
6. Fallacy of Denying Antecedent ( Kekeliruan karena
menolak sebab )
Kekeliruan
berpikir dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab kemudian
disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana,
Seperti:
Bila
Presiden datang maka semua orang akan
mengerumuni,
Sekarang
presiden tidak datang,
Jadi
orang-orang tidak mengerumuni.
7. Fullacy of Disjunction (Kekeliruan dalam bentuk
Dissyungtif)
Kekeliruan
berpikir terjadi dalam silogisme Disyungtif karena mengingkari alternatife
pertama, kemudian membenarkan altenatif yang lain, padahal menurut
patokan,pengingkaran alternative pertama bisa juga tidak terlaksananya
alternatife lain, Seperti:
Ani pergi ke jepara atau ke kudus
Ternyata dia tidak ada di
jepara
Berarti Ani ada di kudus, (Ani bisa
tidak ada dijepara maupun di Kudus )
8. Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan karena tidak
konsisten )
Kekeliruan
berpikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang di
akui sebelumnya,
Seperti :
Semua proyek pembangunan gedung kampus sudah sempurna
100%,
Hanya saja kita perlu melengkapi
beberapa hal yang kurang.
Tugas kuliah saya sudah sempurna
Hanya saja saya harus melengkapi
sedikit kekurangannay.
Kekeliruan Informal
1. Fallcy of Hasty
Generalization (Kekeliruan karena membuat Generalisasi yang terburu-buru )
Kekeliruan berpikir karena
tergesa-gesa membuat generalisasi, yaitu mengambil kesimpulan umum dari kasus
individual yang terlampau sedikit, sehingga kesimpulan yang ditarik melampaui
batas lingkungannya,
Seperti :
Dia
seorang pejabat,mengapa korupsi ?
Kalau begitu pejabat itu
korup.
Dia seorang yang cantik,
mengapa sombong ?
Kalau begitu orang cantik
memang sombong.
2. Fallacy Of Forced Hypotesis ( Kekeliruan
karena memaksakan Praduga )
Kekeliruan berpikir karena
menetapkan kebenaran suatu dugaan,
Seperti :
Seorang
mahasiswa pergi ke kampus dengan wajah dan pakaian lusuh sekali, seorang
temannya menyatakan bahwa itu semua adalah kebiasaan yang sering sekali
dilakukan dalam kehidupanya, padahal sebenarnya wajah dan baju lusuh itu karena
akibat sakit.
3. Fallacy Of Begging the
Question (Kekeliruan karena mengundan permasalahan)
Kekeliruan berpikir karena
mengambil konklusi dari premis sebenarnya harus dahulu di buktikan
kebenarannya,
Seperti:
Pengacara X memang luar biasa hebatnya
(disini orang hendak
membuktikan bahwa pengacara X memang hebat dengan banyaknya Clien, tanpa bukti
kualitasnya diuji terlebih dahulu )
4. Fallacy of Circular
Argument (Kekeliruan karena menggunakan Argumen yang berputar )
Kekeliruan Karena menarik
konklusi dari satu premis kemudian
konklusi tersebut dijadikan sebagai premis sedangkan premis semula dijadikan
konklusi pada argument berikutnya, seperti:
Prestasi
kampus X semakin menurunkarena banyaknya mahasiswa yang malas
Mengapa
banyak mahasiswa yang malas ? karena prestasi kampus menurun.
5. Fallacy of Argumentative
leap (Kekeliruan karena berganti dasar )
Kekeliruan berpikir karena
mengambil kesimpulan yang tidak diturunkan dari premisnya, jadi mengambil
kesimpulan melompat dari dasar semula,
Seperti:
Pantas jika ia mempunyai harta yang melimpah
Karena
ia tampan dan berpendidikan tinggi.
6. Fallacy of Appealing to
Authory ( kekeliruan karena mendasarkan pada Otoritas)
Kekeliruan berpikir karena mendarsarkan diri pada kewibawaan atau kehormatan
seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas ahli
tersebut.
Seprti :
Karangan cerpenmu sangat
fenomenal dan menarik,
Sebab Rudi Khoiruddin mengatakan demikian. (Rudi
Khoiruddin adalah ahli dalam masalah masak dan makanan, bukan penulis yang
hebat ).
7. Fallacy of Appealing to
Force ( Kekeliruan karena mendasarkan diri pada Kekuasaan )
Kekeliruan berpikir karena
berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki, seperti menolak pendapat atau
arguman seseorang dengan menyatakan :
Anda masih saja membantah dan
tidak terima pendapatku, kamu itu siapa dan sejak kapan kamu duduk sebagai
anggota Dewan ?, aku ini sudah lebih lama dari pada kamu.
8. Fallacy of Abusing ( Kekeliruan karena menyerang pribadi )
Kekeliruan berpikir karena
menolak argument yang di kemukakan seseorang dengan menyerang pribadi,
Seperti :
Dia adalah seorang yang berkelakuan tidak baik dan sering
merugikan banyak orang,
Maka dari itu jangan sampai menerima
ataupun setuju dengan pendapatnya.
9. Fallacy of Ignorance
(Kekeliruan karena kurang tahu )
Kekeliruan berpikir karena
menganggap bila lawan bicaranya tidak dapat membuktikan kesalahan
argumentasinya, dengan sendirinya argumentasi yang dikemukakannya benar,
Seperti :
Anda sudah berusaha berkali-kali untuk membuktikan kalau
pendapat saya salah,
Tapi sampai sekarang belum
mendapatkan hasil kalau saya salah, berarti pendapat saya memang benar.
10. Fallacy of Complex
Question (Kekeliruan karena pertanyaan yang ruwet )
Kekeliruan berpikir karena
mengajukan pertanyan yang bersifat menjebak.
Seperti:
Sekarang kamu sudah tidak sering telat lagi ?,
(penanya memastikan pengakuan bahwa yang di Tanya pernah datang telat ke
sekolah ).
11. Fallacy of Oversimplification (Kekeliruan
Karen alasan terlalu sederhana )
Kekeliruan berpikir karena
berargumentasi dengan alasan yang tidak kuat atau tidak cukup bukti,Seperti:
Dia
adalah Mahasiswa paling pandai di kelasnya,
Karena
dia mempunyai banyak teman.
12. Fallacy of
Accident (Kekeliruan karena menetapkan
sifat )
Kekeliruan berpikir karena
menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda bahwa sifat itu
tetap ada selamanya.
Bahan
hidangan untuk pesta besok sudah dibeli tadi pagi
Bahan
hidangan untuk pesta yang dibeli tadi pagi sudah busuk
Jadi,
hidangan untuk pesta sekarang sudah busuk
13. Fallacy of Irrelevant Argument (Kekeliruan
karena argument yang tidak lerevan).
Kekeliruan berpikir karena
mengajukan argument yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang jadi pokok
pembicaraan.
Seperti :
Manusia
itu lebih berbahaya dari pada Singa,
Karena
pembunuhan serinh dilakukan manusia dari pada singa.
14. Fallacy of False Analogy ( Kekeliruan karena
salah mengambil Analogi )
Kekeliruan berpikir karena
menganalogikan dua permasalahan yang kelihatannya mirip, tetapi sebenarnya
berbeda secara mendasar.
Seperti :
Mahluk hidup
membutuhkan makanan untuk tetap hidup,
Kalau begitu
motor juga perlu bensin untuk dapat hidup
15. Fallacy of Appealing to Pity (Kekeliruan
karena mengundang belas kasih )
Kekeliruan berpikir karena
menggunakan uraian yang sengaja menarik belas kasihan untuk mendapatkan
konklusi yang di harapkan.
Seperti :
Saya seharusnya membuka permasalahan yang cukup rahasia
ini didepan umum, tapi saya sangat kasihan dengan keadaan mu sakarang, demi
anak- anakmu yang masih kecil.
Kekeliruan Karena Penggunaan Bahasa
1. Fallacy of Composition (Kekeliruan karena
komposisi )
Kekeliruan berpikir karena
menetapkan sifat yang ada pada bagian untukn menyifati keseluruhannya.
Seperti :
Setiap
Mahasiswa siap untuk berdemo,
Maka
keseluruhan mahasiswa sudah siap berdemo.
2. Fallacy of Division
(Kekeliruan dalam pembagian )
Kekeliruan berpikir karena
menetapkan sifat yang ada pada keseluruhannya, maka demikian juga setiap
bagiannya.
Seperti :
Hotel itu dibangun dengan
biaya yang mahal,
Tentulah
harga sewa tiap kamar juga mahal.
3. Fallacy of Accent (Kekeliruan karena Tekanan
)
Kekeliruan berpikir karena
kekeliruan memberikan tekanan dalam pengucapan.
Seperti :
Kawan saya makan, (yang hendak
dimaksud adalahpembicara member tahu pada kawannya bahwa ia sedang makan ).
4. Fallacy of Amphiboly (Kekeliruan karena
Amfiboly )
Kekliruan berpikir karena
menggunakan susunan kalimat yang dapat di tafsirkan berbeda- beda.
Seperti :
Seorang anak muda datang pada seorang dukun dan meminta
untuk menunjukkan masa depanya apakah bagus atau malah susah dengan tanpa
berusaha, Dukun menjawab : Anda akan mendapatkan pelajaran dan hikmah yang
besar. Atas jawaban yang diberikan dukun dia sangat puas dan yakin bahwa
hidupnya nanti akan baik tanpa ada gangguan sedikitpun, ternyata ia malah hidup
menderita setelah beberapa hari datang pada dukun, setelah ia kembali pada
dukun untuk menanyakan mengapa ramalannya salah, dukun itu kemudian menjawab :
aku benar sebab dengan tanpa usaha hidup seseorang tidak akan berubah apalagi
baik.
5. Fallacy of Equivocation (
Kekeliruan karena menggunakan kata dalam beberapa Arti )
Kekeliruan berpikir karena menggunakan kata
yang sama dengan arti lebih dari satu Seperti :
Menulis adalah salah satu dari bentuk belajar,
Maka
membaca adalah salah satu bentuk belajar.
Berbuat
baik adalah salah salah satu bentuk ibadah
Maka sholat adalah salah satu bentuk ibadah
0 Response to "KESALAHAN BERPIKIR"
Posting Komentar