MENGENAL KECERDASAN ANAK DARI SIDIK JARI
Latar belakang
Perkembangan pendidikan di Indonesia
sejak era reformasi telah memasuki titik balik yang membedakannya dengan
pendidikan era-era sebelumnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan perbedaan
mendasar pada prinsip-prinsip pendidikan yang dikembangkan di era reformasi,
bahkan pada era ini reformasi pendidikan bukan lagi menjadi wacana tetapi sudah
menjadi terapan dalam kurikulum. Prinsip reformasi pendidikan bersumber jelas
dari patron reformasi itu sendiri yaitu prinsip demokrasi, desentralisasi,
keadilan, egaliter, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Walaupun gelombang
reformasi pendidikan tidak sekuat dengungnya seperti gelombang
reformasi politik, ekonomi, dan hukum, namun reformasi pendidikan justru
sangat penting posisinya karena untuk mendukung gerakan reformasi
secara luas diperlukan reformasi bidang pendidikan, karena jika reformasi
politik, ekonomi dan hukum berlangsung sukses dan berkelanjutan,
maka dunia pendidikan mendukungnya dengan menyiapkan
manusia-manusia calon pelaku dunia politik, ekonomi dan hukum.
Salah satu yang paling dominan dalam
reformasi pendidikan untuk konteks sekolah adalah munculnya inovasi-inovasi
dalam bidang pendidikan. Inovasi ini mencakup pengembangan model, metode, dan
teknik pembelajaran, atau gagasan baru tentang pola pengembangan kurikulum atau
penemuan teknologi dalam bidang pendidikan. Inovasi dalam pembelajaran ini
jelas terlihat dan menjadi bagian dari kurikulum, baik KBK, maupun KTSP. Yang
jarang menjadi sumber pandangan dari kurikulum itu adalah penguatan pendidikan
yang bersumber dari penemuan teknologi pendukung pendidikan itu sendiri. Salah
satunya penulis perkenalkan adalah pengenalan kecerdasan manusia lewat sidik
jari atau dikenal dengan STIFIng finger print. Diharapkan dengan pemetaan
kecerdasan lewat sidk jari ini pengelolaan pendididikan semakin jelas dan
terarah dan memang seharusnya pemerintah memberikan peluang besar pada
pengembangan teknologi-teknologi seperti ini dalam memberikan daya dorong
terhadap dunia pendidikan saat ini.
Penggunaan
Finger Print dalam Dunia Pendidikan
Sidik jari adalah ciri permanen yang
genetik dan tidak berubah sepanjang umur manusia. Adapun hubungan sidik jari dengan potensi
genetik dapat dilihat pada hal-hal berikut:
1.
Pola sidik jari mulai muncul pada
waktu bayi dalam kandungan (usia 13 minggu), polanya seiring dengan pola
pembentukan otak.
2.
Pola sidik jari ditentukan oleh
kromosom yang ditentukan bukan oleh faktor lingkungan melainkan DNA (genetik).
3.
Sistim syaraf jari-jari tangan erat
hubungannya denga sistim otak artinya dengan mengetahui sistim syaraf jari
dapat diketahui sistim syaraf fungsi-fungsi bagian otak.
4.
Potensi genetik, khususnya bakat,
stimulasi kecerdasan, dan karakter kepribadian berkaitan erat dengan sistim
syaraf pada fungsi-fungsi bagian otak
Beberapa penelitian mengenai sidik jari
dapat dilihat pada jejak sejarah dari William Jenings dari Franklin Institute
Philadelpia, mengambil sidik jarinya sendiri pada umur 27 tahun (1887) kemudian
membandingkan dengan sidik jari setelah umur 77 tahun ternyata tidak terjadi
perubahan. Sidik jari seseorang memiliki hubungan dengan kode genetik dari sel
otak dan potensi intelegensi seseorang. Penelitian ini telah dimulai sejak
lebih 200 tahun yang lalu, diawali oleh Govard Bidloo (1865), J.C.A Mayer
(1788), John E Purkinje (1823), Dr. Henry Faulds (1880), Francis Galton (1892),
Harris Hawthorne Wilder (1897), Inez Whipple (1904), Kristine Bonnevie (1923),
Harold Cummins (1926), Noel Jaquin (1958), Beryl Hutchinson (1967), dan
kemudian oleh Baverly C Jaegers (1974) yang menyimpulkan bahwa sidik jari dapat
mencerminkan karakteristik dan aspek psikologis seseorang. Pada tahun 1901, Sir
Edward Richard Henry mengembangkan Sistem Galton menjadi sistem
Galton-Henry. Pada tahun 1914, sistem Galton-Henry mulai dikembangkan di
Indonesia. Pada tahun 1960, sistem ini resmi digunakan oleh POLRI (menurut
Indonesia Automatic Fingerprint Identification System/INAFIS).
Sekarang teknologi sidik jari sudah
berkembang jauh. Salah satunya, teknologi dermatoglyphics yang dapat dipakai untuk membuktikan seberapa besar
kapasitas yang dimiliki anak sejak lahir, mengetahui potensi bawaan, serta
bakat terpendam anak. Teknologi tersebut mulanya dikembangkan di Harvard
University, Cambridge University, dan Massachusetts University. Data statistik
perangkat lunak dermatoglyphics itu
diolah berdasarkan data sidik jari 3 juta orang di Asia dan Amerika.
Karakter ilmiah pada penelitian sidik
jari untuk kepentingan pendidikan telah terpenuhi, sekarang ini adalah menunggu
pihak-pihak yang terkait lagsung dengan dunia pendidikan untuk menjejali secara
langsung prospek ini dalam dunia pendidikan. Apa sebenarnya dampak langung yang
diharapkan guru, siswa atau pengelola pendidikan dengan menggunakan Finger Print, tentu yang pertama adalah
menemukan cetak biru (blue print)
ciri khas kepribadian anak untuk menentukan pilihan pendidikan, profesi, dan
penemuan cara/gaya belajar yang cocok untuk mereka. Hal ini penting dilakukan
oleh orang tua untuk menghindari investasi terbuang dan juga membahayakan dunia
anak secara psikologis. Dengan memahami kecenderungan otak (mesin kecerdasan
anak) maka orang tua, guru, dan praktisi pendidikan akan terbantu mengarahkan
anak menuntaskan kecenderungan mereka, karena bila kecenderungan itu terhambat
maka akan tercipta pola split, membuat anak terkungkung dalam dunia palsu yang
mereka masuki karena paksaan orang tua, atau lingkungannya.
Penentuan
apakah seorang anak memiliki pola kecerdasan tertentu, yang bukan menjadi
harapan orang tua akan menjadi pelajaran bahwa dunia pendidikan harus berbenah.
Orang tua dan guru serta sistem pendidikan tidak harus terjebak pada produk
pendidikan akan tetapi lebih berorientasi proses pendidikan. Menjadi dokter,
pengusaha, guru, atau profesi lainnya sangat ditentukan oleh kecenderungan
mesin kecerdasan (otak) manusia, kalaupun pada akhirnya karena pengaruh orang
tua dan lingkungan seorang anak dapat menjadi dokter, pengusan, dan guru (hanya
menjadi contoh), karena area kecenderungannya tertutupi maka mereka akan
menjadi dokter, pengusaha, dan guru yang tidak profesional. Sebaliknya apabila
area kecenderungan berdasarkan tes sidik jari dipenuhi, maka ketika anak itu
menjadi dokter, pengusaha, dan guru, mereka akan hebat dalam profesinya,
menjadi pioneer dalam kehidupannya.
STIFIn
sebagai inovasi teknologi pendidikan
Perkembang
terbaru dalam inovasi teknologi yang berkaitan langsung dengan pendidikan
adalah tes STIFIn, Tes STIFIn adalah tes yang memetakan mesin kecerdasan dan
kepribadian seseorang cukup dengan mengambil sidik jari dari peserta tes.
Perlu diketahui bahwa tes sidik jari yang beredar saat ini mengukur potensi dan
bakat berdasarkan perangkat keras otak. Tes STIFIn menukik memetakan sistem
operasi otak. Inilah bakat asli yang sesungguhnya. Sebagai cara mudah untuk
sukses melalui pilihan profesi, karir, jalur penggemblengan lain, dan hubungan
partnership. Sidik jari yang membawa informasi tentang komposisi susunan syaraf
tersebut kemudian dianalisis dan dihubungkan dengan belahan otak tertentu yang
dominan berperan sebagai sistem-operasi dan sekaligus menjadi mesin kecerdasan
anda.
Lebih
jauh lagi dari susunan syaraf tersebut masih dapat diprediksi letak dominasi
mesin kecerdasan Anda ada di irisan otak berwarna putih atau di irisan otak
berwarna abu-abu, sehingga mesin kecerdasan anda memiliki kemudi introvert
(i) atau ekstrovert (e). Mesin kecerdasan dengan kemudi i atau
e inilah yang kemudian disebut sebagai personaliti. Mesin kecerdasan dan
personaliti ini keduanya genetik tidak pernah berubah sepanjang hidup anda.
Namun
demikian terdapat banyak lagi personaliti-personaliti lain yang tidak genetik
dan dapat berubah. Sedari usia 3 tahun sudah bisa mengikuti tes ini, hasilnya
ketika diulang kapanpun akan sama (reliabilitas tinggi). Manfaatnya banyak
sekali diantaranya untuk memahami cara belajar. Misalnya anak S (Sensing)
bagus dalam menghafal, anak T (Thinking) hebat dalam menghitung, anak I
(intuiting) hebat dalam kreatifitas, anak F (Feeling) bagus kalau belajar
sambil berinteraksi, dan anak In (Insting) adalah pembelajar serba bisa namun
memerlukan ketenangan terutama untuk mengaktifkan otak tengahnya (naluri). Konsep
STIFIn diperkenalkan oleh Farid Poniman dengan mengkompilasi dari teori-teori
psikologi, neuroscience, dan ilmu SDM. Prinsip besarnya mengacu kepada konsep
kecerdasan tunggal dari Carl Gustaav Jung.
Mengapa Anda Perlu Tes Stifin?
Dengan memahami potensi, maka banyak hal yang dapat
dilakukan, dan mungkin saja dapat diantisipasi sebelumnya. Untuk menjelaskan
hal ini, maka ada lima hal yang membuat sesorang membutuhkan tes STIFIn ini
yaitu:
1.
Pengalaman para orang dewasa
mengatakan terlalu banyak ‘biaya kebodohan’ dengan terlalu banyak melakukan uji
coba dalam hidup ini. Tes Stifin ini adalah panduan untuk menghilangkan biaya
kebodohan tersebut, sehingga kita tidak buang umur dan buang uang. Sejak awal
kita sudah tahu mesti pergi kemana dan bagaimana cara terbaiknya.
2.
Revolusi hidup yang paling baik
bukan dengan mengacak-ngacak cara hidup anda, melainkan dengan mensyukuri apa
‘harta karun’ dalam diri kita yang diberikan oleh Tuhan. Setelah tes Stifin,
anda akan tahu bagaimana caranya berilmu, bersyukur, dan bersabar melalui
‘harta karun’ diri anda. Ubahlah nasib anda melalui jalur Tuhan, jalur ‘karpet
merah’ yang telah diberikan kepada anda. Itulah revolusi hidup yang
sesungguhnya.
3.
Setelah tes Stifin, anda akan menemukan
cetak biru hidup anda. Hal tersebut bukanlah vonis atau ramalan keberhasilan
tetapi jalur tempat anda mengikhtiarkan kucuran keringat demi keberhasilan di
depan mata. Energi yang difokuskan kepada satu maksud akan menciptakan momentum
keberhasilan.
4.
Untuk menjadi outliers (sosok yang
sangat jarang) seperti tulisannya Malcolm Gladwell, maka anda harus telah
memulai profesinya lebih dini dan menanam 10 ribu jam untuk deliberate-practice
membangun profesi pilihan. Tes Stifin membantu anak anda menemukan profesi
pilihan sejak dini dan sekaligus mengarahkan bagaimana menikmati 10 ribu jam
tersebut.
5.
Orang berbakat bisa gagal, jika ia
mengingkari atau tidak tahu bakatnya. Salah asuhan terhadap bakat adalah
ketidak-harmonisan dengan habitat anda. Jika yang ada diabaikan, dan yang tidak
ada mau diadakan sama dengan memutar jarum jam hidup anda secara terbalik.
Percayalah, anda akan dipenuhi dengan riwayat kegagalan.
Kesimpulan
Mengetahui
ranah psikologis anak lewat finger print
bukan merupakan ramalan seperti praktik-praktik perdukunan atau peramalan
nasib, karena kualitas finger print
ditentukan oleh panjangnya proses penelitian dengan kualitas ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pemerintah harus menyambut baik setiap
penguatan teknologi yang dapat mendorong proses pendidikan bangsa ini menuju
pendidikan yang berkualitas dan bermartabat. Untuk praktisi pendidikan dan stakeholders dapat menjadikan finger print sebagai motivasi awal dalam
membina dan membentuk anak ke arah yang lebih baik.
0 Response to "MENGENAL KECERDASAN ANAK DARI SIDIK JARI"
Posting Komentar