Panta Rei Inovasi Pembelajaran
“Panta Rei” selalu bermakna perubahan, karena
setiap sesuatu itu mengalir dan tidak
ada yang abadi, demikianlah filsuf Yunani Heraclitus mencetuskan kata ini dan
terkenal sampai sekarang. Tidak ada satupun di dunia ini yang tidak mengalami
perubahan, semua pasti berubah. Ada pertumbuhan dan perkembangan, ada
pergeseran, ada yang hilang dan ada pula yang muncul. Ini hukum alam biasa yang
berlaku sampai akhir zaman.
Sama halnya yang terjadi pada lomba kreativitas
guru pada PORSENI PGRI V di Kab. Barru. perubahan tema dan teknis sudah mulai
terlihat saat proposal Porseni tiba di tangan panitia. Bila pada PORSENI IV di
Luwu Utara, peserta kreativitas guru mengajukan makalah untuk di seleksi maka
pada PORSENI V di Kab. Barru peserta diminta menulis esai singkat tentang best practice yang pernah mereka lakukan
kemudian di power pointkan pada tingkat seleksi. Terakhir pengumpulan video
pembelajaran menjadi pamungkas para finalis untuk penentuan juara 1,2, dan 3.
Tentu keniscayaan perubahan ini tidak serta merta
mengurangi minat dan tekad berkompetisi para peserta. Bahkan dari semua kategori
baik TK, SD, SMP, dan SMA/SMK peserta antusias sehingga membuat juri kewalahan
dalam melakukan penilaian. Semua hebat dan bagus, ini rasa-rasanya seperti
lomba Inobel (Inovasi Pembelajaran) tingkat nasional kata salah seorang Juri.
Namun, pada akhirnya karena ini adalah
lomba maka menang dan kalah adalah persoalan biasa.
Ada beberapa hal menarik yang dapat ditelisik pada
perlombaan kreativitas guru.
Pertama, lomba ini bergengsi karena inilah cabang
lomba yang tidak termasuk dalam olahraga dan seni. Kreativitas guru menyuguhkan
perlombaan kreativitas dalam bentuk karya-karya terbaik guru yang masuk dalam
ranah inovasi pembelajaran, kreativitas adalah inovasi. Ini menolak sangkaan
bahwa guru-guru saat ini alergi dengan kegiatan-kegiatan inovasi pembelajaran.
Banyak guru yang sudah mulai “sadar” akan petingnya inovasi-inovasi dalam
pembelajaran. inovasi itu adalah gerakan perubahan. kita tidak bisa mengajar
dengan model-model konvensional sementara dunia terus berubah menuju inovasi
global. Pastilah guru akan tertinggal bila mereka tidak cukup kuat untuk ikut
dalam arus perubahan ini.
Karya inovasi bagi guru adalah sebuah keniscayaan
karena dengan inovasi yang tepat pembelajaran akan berjalan dan berlangsung
dengan efektif dan efisien. Menemukan karya inovasi sebenarnya mudah saja bagi
guru yang jeli melihat setiap masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Semua karya inovasi selalu berangkat dari masalah faktual dan aktual. Masalah
ini ada di setiap kelas guru, dan guru yang inovatif akan menjadikan masalah
ini sebagai cambuk untuk menciptakan inovasi pembelajaran.
Tentu saja sebelum membuat inovasi pembelajaran,
sang guru harus terlbih dahulu meng-integrasikan dirinya dengan inovasi global.
Guru ini harus ter up-grade degan teknologi terbarukan saat ini. Misalnya kemampuan
digitalisasi guru. Kemampuan digitalisasi ini penting dipahami guru, karena
siswa dalam kelasnya adalah generasi digital yang lahir dan besar di era
digital, sehingga pemanfaatan inovasi berbasis digital kini menjadi keniscayaan
juga bagi guru.
Namun demikian, proses ini tampaknya masih harus berjalan
tertatih-tatih, dari jutaan guru yang ada, masih terlalu banyak yang belum memahami
inovasi pembelajaran sebagai keniscayaan kemajuan pendidikan. Masih ada guru
yang tetap saja “nyaman” dengan keadaanya saat ini. Berada di zona nyaman akan
membuat guru terlena terhadap perkembangan global yang ada di kelasnya. Padahal
siswa yang mereka hadapi adalah siswa dengan pengetahuan global. Bila tidak
tergerakkan sebagaimana mestinya maka siswa dalam kelas itu akan menjadi kerdil
kembali dan tidak mampu bersaing di dunia global masa depan. Salah siapa, tentu
ini menjadi salah guru yang tidak mampu memaksimalkan potensi siswa untuk
menghadapi era berat pada masanya nanti.
kedua, catatan selanjutnya adalah ternyata benar
adanya, tesis tentang hanya sebagian kecil guru yang mulai bangkit melakukan
inovasi terbukti dalam Porseni kali ini. Muka-muka lama dari lomba ke lomba menjadi
pemandangan tidak asing. Sebagian besar yang berkompetisi adalah mereka yang
memang sudah memiliki jiwa-jiwa kompetisi teruji dari pertemuan-pertemuan lokal
dan nasional. Hal ini boleh jadi mengindikasikan kurangnya guru yang berminat
dalam seleksi di tingkat kabupaten, atau daya saing dan kompetisi yang ketat
telah memilih guru-guru terbaik ini di kabupaten masing-masing.
ketiga, pemanfaan teknologi untuk memudahkan atau
efisiensi waktu belum terlihat dalam kegiatan ini. Pemanfaatan digitaslisasi
misalnya pengiriman naskah dan video ke tim juri akan membuat efisiensi waktu persentasi
berjalan dengan cepat, sehingga proses “pengupasan naskah” akan lebih lama
dalam bentuk wawancara dialogis.
Kini semua sudah berlalu dan akan menjadi kisah
kehidupan masing-masing yang terlibat. Manager, pelatih, dan peserta akan menjadikan
kegiatan ini sebagai pembelajaran berharga. Dan yang paling penting adalah
teruslah berinovasi, dan gunakan inovasi pembelajaran itu mengangkat harkat dan
martabat guru dengan Tagline “guru mulia karena karya” berkaryalah terus guru
Indonesia. Semangat prestasi terus mengalir “Panta Rei Inovasi Pembelajaran”
0 Response to "Panta Rei Inovasi Pembelajaran"
Posting Komentar