Karya Tulis yang Menakutkan
Menulis membutuhkan keterampilan tersendiri. Menulis berbeda dengan keterampilan berbahasa lainnya seperti membaca, menyimak, dan berbicara. Menulis menungkan ide atau gagasan dalam bentuk tertulis yang dilandasi dengan kemampuan memahami diksi, ejaan, dan pengembangan paragraf. Menulis pada aplikasinya dapat terdiri dari menulis karya sastra dan karya ilmiah. Kedua bentuk aplikasi tulisan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk karya sastra pengelolaan emosi, dan imajinasi menjadi kunci tulisan-tulisan yang berbau sastra. Sedangkan pada karya ilmiah khususnya karya ilmiah penelitian memiliki konteks yang lebih rumit dengan memanfaatkan data, fakta dari hasil observasi.
Pada
penulisan karya ilmiah inilah biasanya kendala besar sering terjadi. Disamping
harus mengetahui betul metode penulisan penulisan ini juga membutuhkan
pengetahuann pada teknik-teknik penelitian secara utuh. Oleh karena itu
sebahagian orang menghindari penulisan karya tulis ilmiah, walaupun mereka juga
tidak mampu menulis sastra.
Khusus
para guru, saat ini mereka mendapat tuntutan membuat karya tulis yang
berhubungan dengan pembelajaran, hal ini didasarkan paada asumsi bahwa guru
mengajar dan meneliti. Meneliti untuk kemajuan proses belajar mengajar yang
mereka lakukan. Akan tetapi, di sinilah proses ironinya menjadi tampak jelas.
Di kalangan guru saat ini terdapat ketidaksiapan menerima kenyataan bahwa
mereka harus membuat karya ilmiah saat harus mengurus kenaikan pangkat, sebagai
bentuk pengembangan diri. Akhirnya malapetaka ilmu pengetahuan terjadi, proses
copy-paste, dan plagiat terjadi di mana-mana, seperti jamur di musim hujan.
Secara
realistis, para guru memang tidak terlatih secara dini untuk membuat karya
tulis ilmiah, apatahlagi mereka sudah disibukkan dengan rutinitas kerja yang
begitu padat. Sehingga proses pengembangan diri ini mereka anggap sebagai kerja
tambahan yang memberatkan, maka terjadilah phobia karya tulis, ketakutan
menulis karya ilmiah.
Disadari
atau tidak memang gerakan literasi (baca-tulis) di Indonesia secara umum
mengalami kemandekan, hal ini lebih banyak dilatarbelakangi oleh proses kebijakan
pemerintah serta proses globalisasi yang salah tafsir dari masyarakat. Dan
inilah imbasnya, menulis bagi guru menjadi kerumitan tersendiri yang belum
terpecahkan sampai saat ini. Maka kewajiban pemerintah untuk membuat gerakan
literasi ini “membumi” kembali. Guru pun harus mulai menyadari bahwa penulisan
karya ilmiah akan memberikan dampak positif bagi pendidikan di Indonesia bukan
dianggap sebagai tambahan beban yang menjebak.
0 Response to "Karya Tulis yang Menakutkan"
Posting Komentar