Karya Tulis yang Menakutkan - JAMAL PASSALOWONGI -->

Karya Tulis yang Menakutkan


Menulis membutuhkan keterampilan tersendiri. Menulis berbeda dengan keterampilan berbahasa lainnya seperti membaca, menyimak, dan berbicara. Menulis menungkan ide atau gagasan dalam bentuk tertulis yang dilandasi dengan kemampuan memahami diksi, ejaan, dan pengembangan paragraf. Menulis pada aplikasinya dapat terdiri dari menulis karya sastra dan karya ilmiah. Kedua bentuk aplikasi tulisan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk karya sastra pengelolaan emosi, dan imajinasi menjadi kunci tulisan-tulisan yang berbau sastra. Sedangkan pada karya ilmiah khususnya karya ilmiah penelitian memiliki konteks yang lebih rumit dengan memanfaatkan data, fakta dari hasil observasi.
Pada penulisan karya ilmiah inilah biasanya kendala besar sering terjadi. Disamping harus mengetahui betul metode penulisan penulisan ini juga membutuhkan pengetahuann pada teknik-teknik penelitian secara utuh. Oleh karena itu sebahagian orang menghindari penulisan karya tulis ilmiah, walaupun mereka juga tidak mampu menulis sastra.
Khusus para guru, saat ini mereka mendapat tuntutan membuat karya tulis yang berhubungan dengan pembelajaran, hal ini didasarkan paada asumsi bahwa guru mengajar dan meneliti. Meneliti untuk kemajuan proses belajar mengajar yang mereka lakukan. Akan tetapi, di sinilah proses ironinya menjadi tampak jelas. Di kalangan guru saat ini terdapat ketidaksiapan menerima kenyataan bahwa mereka harus membuat karya ilmiah saat harus mengurus kenaikan pangkat, sebagai bentuk pengembangan diri. Akhirnya malapetaka ilmu pengetahuan terjadi, proses copy-paste, dan plagiat terjadi di mana-mana, seperti jamur di musim hujan.
Secara realistis, para guru memang tidak terlatih secara dini untuk membuat karya tulis ilmiah, apatahlagi mereka sudah disibukkan dengan rutinitas kerja yang begitu padat. Sehingga proses pengembangan diri ini mereka anggap sebagai kerja tambahan yang memberatkan, maka terjadilah phobia karya tulis, ketakutan menulis karya ilmiah.
Disadari atau tidak memang gerakan literasi (baca-tulis) di Indonesia secara umum mengalami kemandekan, hal ini lebih banyak dilatarbelakangi oleh proses kebijakan pemerintah serta proses globalisasi yang salah tafsir dari masyarakat. Dan inilah imbasnya, menulis bagi guru menjadi kerumitan tersendiri yang belum terpecahkan sampai saat ini. Maka kewajiban pemerintah untuk membuat gerakan literasi ini “membumi” kembali. Guru pun harus mulai menyadari bahwa penulisan karya ilmiah akan memberikan dampak positif bagi pendidikan di Indonesia bukan dianggap sebagai tambahan beban yang menjebak.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Karya Tulis yang Menakutkan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel