Sertifikasi guru riwayatmu kini
Lahirnya beberapa undang-undang yang proguru dan pendidikan antara lain undang-undang guru dan dosen no 14 tahun 2005 dan permen tentang sertifikasi guru menjadi suatu hal yang cukup menggemparkan dunia pendidikan di Indonesia. Bagaimana tidak, bila dahulu guru selalu diidentikkan dengan hal-hal yang ironis, menyedihkan. Maka saat program sertifikasi dilucurkan, maka seperti “kemarau mendapat hujan” program ini disambut suka cita oleh guru dan keluarganya. Kini pasukan umar bakrie itu telah berubah menjadi pasukan elit dan diperhitungkan dalam konteks prekonomian indonesia. Bila dulunya mungkin saja berada pada golongan menengah ke bawah, saat ini boleh jadi sudah menjadi golongan menengah ke atas.
Namun
proses ini ternyata tidak gratis juga. Pemberian tunjangan profesi ternyata
harus dibarengi dengan sikap profesionalisme guru. Oleh karena itu, seharusnya
tunjangan profesi itu berbanding lurus dengan sikap profesionalisme guru.
Yang
menjadi pertanyaan saat ini adalah apakah das
sollen and das sein itu sudah
berdiri pada kenyataan dan harapan yang amanatkan dalam undang-undang.
Salah
seorang profesor pernah membuat hipotesis saat sertifikasi ini diluncurkan pada
awalnya. Beliau mengatakan bahwa ada tiga hal yang akan terjadi yang pertama, guru akan terangkat derajat
sosialnya di tengah-tengah masyarakat. Kedua,
guru akan menjadi bagian dari perputaran ekonomi nasional, khususnya bidang
transportasi dan perumahan. Dan yang ketiga
adalah guru akan menjadi pioner dalam penguatan ilmu pengetahuan dengan
banyak membaca dan menulis.
Adakah
ketiga hal ini telah terjadi. Hipotesis pertama secara kasat mata telah
terbukti kebenarannya, derajat sosial, dan penguatan ekonomi tampak dalam
kenyataan. Dulu pernah ada cerpen Putu Wijaya yang menggambarkan betapa seorang
bapak tidak menginginkan anaknya menjadi guru karena faktor ekonomi dan itulah
realitas guru saat itu, bahkan untuk diangkat menjadi guru pemerintah
“mengemis” pada orang-orang berpendidikan tinggi agar mereka mengubah haluan
hidupnya yang rata-rata ingin menjadi pengusaha untuk menjadi guru. Di antara
guru-guru tua saat ini tentu masih mengingat masa-masa suram itu (kalau bisa
dikatakan seperti itu).
Yang
ironis sebenarnya adalah hipotesis yang ketiga, menjadi penghantar dalam
penguatan ilmu pengetahuan dengan banyak membaca dan menulis. Profesor itu
mungkin membayangkan pada saatnya ketika tunjangan profesi sudah cair, maka guru
akan segera memenuhi toko-toko buku, berlomba mencari buku terbitan terbaru,
dan segera setelah itu media surat kabar, majalah, jurnal, dan penerbitan buku akan
segera diisi oleh tulisan-tulisan guru tentang pendidikan atau pengajaran.
Kita
tidak akan pernah tahu kapan hipotesis yang ketiga ini akan muncul. Untuk tidak
menunggu, kenapa kita tidak memulainya, sehingga das
sollen and das sein tunjangan
profesi ini berbanding lurus dengan sikap dan profesionalisme para pendidik.
0 Response to "Sertifikasi guru riwayatmu kini"
Posting Komentar