KIta Guru dan juga Murid
Menjadi guru adalah pilihan hidup, bisa juga disebut takdir.
Bukankah banyak orang yang tidak pernah bercita-cita menjadi guru dan pada
akhirnya terdampar dalam profesi ini. Lantas siapakah sebanrnya guru itu.
Sebegitu angungnya sehingga guru memiliki hari khusus yang dirayakan setiap
tahun. Bukan hanya di Indonesia, tetapi seluruh dunia memiliki hari untuk guru
dengan penanggalan yang berbeda walaupun dengan rasa yang sama.
Secara filosofis dalam kaidah eksistensi,
maka gurulah sebenarnya entitas pertama sebelum murid. Benarkah? bila yang
dimaksud guru dalam istilah ini adalah pengajar, pemberi pengetahuan, maka
jawabannya sederhana yakni guru pertama dari manusia pertama Nabi Adam
sesungguhnya adalah Allah Swt. Tuhan Semesta Alam pemilik pengetahuan. Ketika
Allah menciptakan dan mengajarkan segalanya (pengetahuan) pada Nabi Adam, maka
terjalinlah hubungan Guru dan Murid (pada definisi pengajar dan pemberi
pengetahuan) dalam definisi agama hubungan ini disebut Tuhan dan Hamba.
Jadi setelah Adam diciptakan manusia adalah
guru dan juga sebagai murid. Semua pernah menjadi murid dan juga pernah menjadi
guru. Saat bayi sampai dewasa kita lebih banyak menjadi murid dari orang tua
dan lingkungan sekitar. Akan tetapi, dari perilaku kecil itu orang dewasa juga
ternyata banyak belajar dari kegiatan si anak kecil tentang banyak hal.
Demikianlah guru dalam artian filosofis.
Filosofi tentang guru pernah ditulis oleh
Putu Wijaya dalam salah satu cerpennya. Putu menceritakan orang tua yang tidak
ingin anaknya menjadi guru. Guru yang dimaksud adalah guru sekolah mengajar
dengan gaji kecil hidup dengan "gali lubang tutup lubang" padahal
orang tua ini berharap anaknya menjadi penerusnya, menjadi apa saja yang sukses
yang penting bukan jadi guru. Akhirnya anaknya memilih untuk pergi dari rumah,
tekadnya menjadi guru tidak dapat terbendung. orang tuanyapun tak berdaya
dengan pilihan hidup anaknya...tapi itu 10 tahun yang lalu...
Kini Taksunya benar-benar jadi guru. Akan
tetapi guru bukan sekadar guru. Ia adalah guru bagi 10.000 orang pegawainya.
Guru bagi anak-anak muda lainnya. Guru bagi bangsa dan negara karena
jasa-jasanya menularkan etos kerja pada semuanya. Demikian kata promotornya
ketika Taksu mendapatkan Doktor Honoris Casa dari sebuah perguruan tinggi
bergengsi.
Sungguh hebat jalinan
kalimat tentang guru oleh seorang Putu Wijaya. Ia telah membalikkan ingatan
primordial kita bahwa kita ini semuanya adalah guru dan tentu saja juga sebagai
murid. Wallu alam.
0 Response to "KIta Guru dan juga Murid"
Posting Komentar