PENDEKATAN KRITIK MERLYN PADA PUISI INDONESIA, MASIHKAH ENGKAU TANAH AIRKU KARYA HUSNI DJAMALUDDIN
INDONESIA, MASIHKAH ENGKAU TANAH AIRKU
(Husni DJamaluddin)
Indonesia tanah airku
tanah tumpah darahku
di sanalah aku digusur
dari tanah leluhurku
Indonesia tanah airku
tanah tumpah darahku
di sanalah airku dikemas
dalam botol-botol aqua
Indonesia tanah airku
di sanalah aku berdiri
jadi kaki sepanjang hari
jadi satpam sepanjang malam
Indonesia tanah airku
Indonesia di manakah tanahku
Indonesia tanah airku
Indonesia dimanakah airku
Indonesia tanah airku
tanah bukan tanahku
Indonesia tanah airku
air bukan airku
Indonesia, masihkah engkau tanah airku ?
Tuhan, jangan cabut Indonesiaku
dari dalam hatiku
Husni Djamaluddin takut juga kehilangan
indonesianya
Judul puisi Indonesia, masihkah engkau
tanah airku. Judul ini jelas merupakan pertanyaan dan yang menjadi subjek
adalah Indonesia. Pertanyaan ini mengandung keinginan besar untuk mengetahui
jawabannya, bahkan cenderung mendesak dari rasa ingin tahu si penanya.
Pada bait
pertama sampai keempat si penanya (dalam hal ini adalah penyair) kemudian
mengulang kata Indonesia tanah airku untuk memberikan penegasan, bahwa “dulu”
indonesia adalah tanah airnya, tetapi sekarang (menurut penyair) mengapa di
sana (di tanah airnya itu) dia digusur dan airnya diambil dan dikemas dalam
botol-botol aqua, menyiratkan adanya pertanyaan besar mengapa air dari dalam
bumi Indonesianya si penyair harus di botolkan dan dijual. Mungkin si penyair
ingin mengatakan “air dibeli juga” lalu apa lagi yang gratis selain udara.
Bait-bait berikutnya juga masih mempertanyakan hal yang sama, kenapa di
Indonesia sekarang dia hanya jadi kaki sepanjang hari, berjalan tanpa arah dan
jadi satpam sepanjang malam hanya menjadi buruh di tanah airnya sendiri,
sehingga pertanyaa terakhirnya di manakah tanahku dan airku yang dulu, kenapa
menjadi sulit rasanya berada di Indonesia yang sekarang (kata penyair), kalau
seperti ini sepertinya Indonesiaku sekarang ini bukan lagi tanahku dan bukan
lagi airku. Dan akhir pertanyaan itu menjadi doa baginya (penyair) harapan
semoga ada perubahan dari Indonesianya yang sekarang, karena Ia (penyair)
sangat takut juga kehilangan Indonesianya, Tuhan, jangan cabut Indonesiaku
(pun) dari dalam hatiku.
0 Response to "PENDEKATAN KRITIK MERLYN PADA PUISI INDONESIA, MASIHKAH ENGKAU TANAH AIRKU KARYA HUSNI DJAMALUDDIN"
Posting Komentar