Televisi dan agresivitas
Perkembangan teknologi ibarat pedang bermata dua, satu sisi memiliki
keuntungan berlipat di sisi lain juga memiliki keburukan yang merusak. Dari
dahulu sejak teknologi sederhana diciptakan manusia, dua sisi ini selalu
mengikuti. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, ketika manusia purba
masih berada di gua-gua dan mencari makanan berdasarkan insting hewaniah,
sekarang manusia sudah lepas ke angkasa tanpa dinding atmosfer. Begitu pesatnya
kemajuan sampai kemudian manusia tidak menyadari efek lain dari perkembangan
tersebut.
Efek lain dari berkembang pesatnya teknologi adalah efek yang menjadi
bayangan hitam dari teknologi itu sendiri, menipisnya lapisan ozon, pencemaran
udara, mutasi radio aktif, dan penyakit-penyakit aneh yang muncul seiring
meningkatnya teknologi dalam bidang kesehatan. Belum lagi bahaya psikologis,
kemajuan, percepatan, melahirkan perdebatan moral, dan tingkat stress
masyarakat modern yang tinggi. Inilah ironi dari kemajuan zaman.
Salah satu yang menarik dikaji dalam sudut pandang psikologis adalah bahaya
media massa, media elektronik seperti televisi. Televisi keajaiban abad ke-20,
ketika satu peristiwa di belahan bumi lain dapat dilihat di depan mata tanpa
menggerakkan kursi. Namun, keajaiban ini telah melahirkan patologi psikologi
yang lain, yaitu tayangan-tayangan televisi yang secara tidak sadar masuk ke
dalam otak penontonnya, dan pada akhirnya mempengaruhi prilakunya, termasuk di
dalamnya adalah remaja dan anak-anak.
Tayangan televisi yang ada saat ini sudah sulit untuk disaring sehingga ada
adegan kekerasan yang bisa dilihat oleh anak-anak. Adegan kekerasan di televisi
atau media lainnya bisa terdapat dalam tayangan kartun anak-anak, acara
kriminal di siang hari atau pada film orang dewasa yang tertuang dalam
aksi-aksi tertentu.
Pengaruh yang bisa ditimbulkan dari tayangan kekerasan bervariasi
tergantung dari usia anak, jenis kekerasan yang dilihat dan juga seberapa
sering anak melihat kekerasan tersebut. Ada beberapa efek yang bisa ditimbulkan
jika anak-anak melihat adegan kekerasan dari media, yaitu: (a) Berkurangnya
rasa empati. Bagi anak-anak yang menonton tayangan kekerasan akan menganggap
bahwa kekerasan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
konflik atau masalah, sehingga hal ini akan mengurangi rasa empati anak-anak
terhadap orang lain. Kondisi ini akan terbawa hingga anak-anak tersebut dewasa
dan tumbuh menjadi kepribadian yang keras. -Menjadi anak yang penakut dan
cemas. Adegan kekerasan yang disaksikan di berbagai media bisa memicu mimpi
buruk, depresi, gangguan tidur serta rasa takut yang berlebihan. (b) Meningkatkan sifat agresif. Hal ini
terjadi karena dalam adegan kekerasan selalu identik dengan jagoan yang selalu
menang, sehingga anak-anak selalu ingin menjadi jagoan tersebut. Untuk
mengurangi perilaku agresif,bisa dilakukan dengan mengurangi adegan kekerasan.
Pada akhirnya pendidikan akan menjadi benteng
terakhir dari penggunaan teknologi. Bagaimana menyaring atau memfilterisasi tayangan-tayangan
kekerasan di televisi berpulang pada lingkungan terdekat anak, yaitu orangtua
dan guru. Dengan menerapkan tontotan sehat dan selektif diharapkan
adegan-adegan kekerasan dapat diminimalisir sehingga tidak akan berpengaruh
terhadap agresivitas anak
0 Response to "Televisi dan agresivitas"
Posting Komentar