GURU “JATUH” DI PUJANANTING“ ITU BIASA”
Hari ini tgl. 4/2/21 rasanya senang sekali berada Kembali di tengah-tengah MKKS SD Kec. Pujananting dan guru-guru baru mereka. Atas undangan pengawas SD kec. Pujanating saya diminta melakukan induksi pada 21 orang yang baru menerima SK sebagai guru di beberapa sekolah di Kec. Pujananting. Induksi itu meliputi pengembangan model dan media pembelajaran di masa pademik Covid-19.
Sebelum materi, perkenalan pun
dilakukan oleh guru-guru baru ini. Beberapa guru baru ternyata sudah melihat letak
sekolah mereka yang berada dibalik pengunungan lebat Pujananting, seperti beberapa
ditempatkan di SD-SD sekitar Patalassang, Lappatemmu, Panggalungan atau sekitar
Gattareng. SD-SD ini adalah sekolah-sekolah yang sangat jauh dari kota kecamatan
bahkan mencapai kurang lebih 50 km, berbatasan langsung dengan kabupaten Bone,
dan Pangkep ditambah dengan jalur yang curam dan cukup menegangkan.
Masyarakat Barru tentu sangat
familiar Ketika menyebut kec. Pujananting, yang terbayang adalah deretan
pengunungan yang sebagian besarnya masih dalam proses pembangunan infrastruktur
termasuk pembuatan dan pengaspalan jalan. Juga terbayang beberapa daerah masih
terisolir dari jangkauan listrik dan signal tentunya.
Bagi guru baru tentu saja rasa
ketar-ketir itu sudah mulai tampak dari raut muka mereka. Bahkan boleh jadi dalam hati kecilnya masih ada rasa kurang
berterima atas takdir penempatan di daerah yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Dari sinilah saya melihat
kekuatan dari guru-guru tangguh kec. Pujananting. Para guru senior yang kini
banyak jadi kepala sekolah berusaha membangkitkan semangat guru-guru baru
mereka. Pengawas SD Kec. Pujanting kemudian mengisahkan beberapa kejadian-kejadian
yang biasa mereka lalui dalam membangun Pendidikan di Kec. Pujananting.
Kisah paling menarik perhatian
saya adalah slogan “Jatuh itu biasa.” Slogan ini merupakan slogan umum bagi
para pendidik di daerah Pujananting. Beberapa tempat memang tidak bisa dilewati
kendaraan roda empat sehingg motor menjadi kendaraan tempur paling ampuh untuk
menjangkau sekolah mereka. Akan tetapi, masalahnya tidak semudah yang
dibayangkan karena jalanan curam, jurang di sisi kiri-kanan, jalan berbatu, dan
licin menyebabkan ada saja setiap hari guru terjatuh dari motornya. Bahkan dulu
sebelum beberapa jalan diperbaiki seperti saat ini, guru-guru akan heran bila
mereka suatu saat tidak pernah jatuh dari motor. Ah… sungguh perjuangan luar
biasa.
Pengawas melanjutkan kisahnya, bahwa
ada beberapa guru dari sekolah-sekolah yang disebutkan di atas terpaksa tinggal
dan bermukim di sekolah. Hanya sekali sebulan mereka ke kota kecamatan untuk
menerima gaji dan itu pun dilakukan dengan berjalan kaki puluhan kilometer. Dedikasi
dan pengabdian guru-guru senior daerah Pujananting ini telah menjadikan Kec.
Pujananting menjadi daerah melek pendidikan.
Saya tidak mampu menebak
bagaimana perasaan guru-guru baru ini terhadap kisah dan motivasi yang
disampaikan oleh kepala sekolah dan pengawasnya. Wajah-wajah tertutup masker
itu menyimpan sejuta rasa dan asa, bagaimana mereka harus menghadapi keniscayaan
ini. Tapi demikianlah, risiko menjadi guru di daerah-daerah terpencil adalah
pilihan mereka saat mendaftar.
Hebat dan sangat menginspirasi. Kegiatan
hari ini membuka mata saya bahwa sebagian dari kita -para guru- biasa terlalu “cengeng”
padahal hanya ditempatkan di daerah dengan akses tranportasi yang baik dan lancar
serta fasilitas memadai. Sementara kita tidak melihat mereka yang rela
berkorban tinggal di tempat jauh demi menjalankan tugas sebagai guru di
daerah-daerah terpencil.
Adapun yang dapat saya sampaikan
pada guru-guru baru ini hanyalah semangat mengabdi dan memperkuat kompetensi
mereka khususnya pembelajaran masa Pandemik. Tidak lupa saya sampaikan agar
mulai sekarang mereka menyiapkan catatan perjalanan selama menjadi guru di
daerah ini. Catatan itu akan menjadi bukti sejarah keberadaan mereka nantinya,
apalagi bila catatan itu dapat dipublikasikan dalam bentuk buku. Tentu saja
semua itu terserah kepada mereka, apakah mereka ingin menjadi bagian dari
sejarah Kec. Pujananting secara tertulis, atau hanya sekedar kisah lisan yang akan
mereka ceritakan kepada anak cucunya kelak.
0 Response to "GURU “JATUH” DI PUJANANTING“ ITU BIASA”"
Posting Komentar